Senin, 08 Agustus 2016 12:09 WIB
Bekerja di salah satu event organizer di Bandung membuat Rosalia Rachma Putri kerap dinas ke luar negeri untuk menangani kegiatan terkait usaha kecil dan menengah (UKM). Saat di luar negeri, Oca, perempuan ini kerap disapa, terbiasa membawa makanan instan dalam kopernya.
Hal itu dilakukan karena ia terbiasa dengan makanan Indonesia dibandingkan makanan negara yang ia singgahi. “Kebetulan saya punya lidah tradisional banget, jadi kalau ke luar negeri selalu bawa mie instan, nasi liwet instan, dan lain-lain. Pokoknya serba instan, karena enggak bisa makan makanan luar,” ujarnya kepada HARIAN NASIONAL, Sabtu (31/7).
Sekitar tahun 2013, Oca kepikiran membuat makanan yang ia sukai dikemas menjadi instan. “Saya suka makan cuanki. Hampir setiap hari saat makan siang saya ajak teman-teman makan cuanki di daerah Serayu, Bandung,” ujarnya.
Cuanki merupakan makanan sejenis bakso lengkap dengan tahu. Penganan ini umumnya dijajakan pedagang dengan berkeliling. Konon, cuanki merupakan singkatan dari cari uang jalan kaki, maka pembeli harus bersabar menunggu si pedagang lewat.
Pada 1 Desember 2013, Oca pun memberanikan diri membuat cuanki dengan kemasan instan dengan nama Lakoca yang diartikan dari kata Lak yang diartikan luck atau keberuntungan. Sementara kata Ca diambil dari nama Oca. “Jadi arti Lakoca adalah keberentungan Oca,” ujarnya sembari tertawa.
Tak mudah menjadi pencetus produk baru, Oca harus melakukan penelitian selama tujuh bulan untuk menciptakan cuanki instan yang ia klaim sebagai yang pertama di dunia. Agar bisa diterima semua lapisan masyarakat, Lakoca menjaga mutu, kualitas, dan kehalalan.