CUANKI, sebuah jajanan kaki lima khas Bandung yang sederhana dan ‘ngangenin’. Semangkuk cuanki hangat tambah mantap dibumbui sambal. Tak jarang konsumen juga memesan tambahan mie rebus dan bakso kecil-kecil.
Namun, ketika penjual cuanki yang identik dengan panggulannya tidak juga lewat, di saat kita sangat ingin, bagaimana? Begitu juga saat sedang berada di luar Bandung, tentunya ada masa merindukan kuliner ini.
Sebuah inovasi mengemas cuanki dalam gelas praktis bisa jadi salah satu solusinya. Cara mendapatkannya pun mudah saja. Cuanki instan Lakoca misalnya, ada di berbagai minimarket, dan bisa dipesan di reseller yang tersebar di media sosial.
Jika telah disimpan dalam waktu lama pun, rasa cuanki akan tetap terjaga. “Lakoca awet sampai12 bulan, karena komposisinya semua kering, dan bahannya alami. Sehingga tidak memungkinkan mikroorganisme cepat berkembang biak,” kata Marketing CV Rosalia Jaya, Dzikri Robbi, saat mengunjungi Redaksi PR, Rabu, 19 Juli 2017.
Dengan kelebihannya itu, cuanki instan Lakoca sudah dinikmati sampai Malaysia, Singapura, dan Dubai. Jemaah umrah dan rombongan wisata luar negeri pun kerap memborong Lakoca untuk persediaan saat liburan.
Pemasarannya yang bermodalkan reseller berbasis media sosial, sudah tersebar ke seluruh pelosok negeri. Namun, untuk masuk ritel, baru tersebar di minimarket Bandung, Jakarta dan Surabaya, juga supermarket di Bandung-Cimahi.
“Kami prediksi peningkatan produksi akan drastis kalau sudah masuk ritel nasional. Musim liburan yang berdampingan dengan lebaran kemarin (2017) bikin kewalahan karena sempat lost order juga. Pesanan ritel 3.000 cup tidak terpenuhi,” ujar Dzikri seraya menuturkan, produksi Lakoca sudah mencapai sebanyak 25.000-30.000 cup per bulan.
Satu gelas cuanki instan terdiri dari potongan cuanki kering dan bumbu-bumbu penyedap lengkap dengan bubuk cabai. Terdapat tiga varian rasa yakni original, soto, dan kari. Konsumen hanya perlu mencampurkan semua bahan dengan air panas di dalam gelas, lalu tutup sekitar tiga menit, untuk kemudian disantap hangat-hangat.
Saat puasa Ramadan 2017 lalu, produk baru juga diluncurkan menjawab permintaan pasar akan takjil atau makanan pembuka instan. Namanya La Kolak, dan cara mengonsumsinya pun menyerupai kolak. Segelas kolak instan terdiri dari pisang, gula aren, dan santan siap seduh.
Berdayakan difabel
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016, perusahaan swasta harus memperkerjakan setidaknya satu persen penyandang disabilitas dari keseluruhan pegawai.
Namun, yang diberlakukan Rosalia Rachma Putri (29) di perusahaan pembuat Lakoca sangat berbeda. Oca, demikian ia disapa, memperkerjakan 80% difabel untuk memproduksi cuanki instan. Ia pun mengaku terinspirasi dengan kegigihan adiknya yang seorang tunarungu, namun sulit memperoleh pekerjaan.
“Selain adik saya, ada sepupu juga yang dipekerjakan, dan juga seorang tunarungu. Setelah itu, kami membuka lowongan untuk lulusan sekolah luar biasa di bagian produksi,” tutur Oca.
Memperkerjakan tunarungu bukan tanpa tantangan. Istri dari Dzikri Robbi (29) ini juga mengaku memiliki masa sulit saat awal-awal pengoperasian usahanya. Terutama karena masalah komunikasi yang harus menggunakan bahasa isyarat antarpegawai. Difabel pun perlu perhatian ekstra untuk membentuk mental dan pola kerjanya sendiri.
“Kami pun berusaha terus mendidik agar mereka fokus kerja. Butuh tiga tahun sejak awal berdiri, untuk akhirnya membuat tim yang solid hingga saat ini,” ujar Oca, yang juga pernah meraih Pangan Award 2015 Kategori Inovasi Produk Pangan ini.***
Source : https://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2017/07/20/lakoca-bawa-kenikmatan-cuanki-instan-hingga-dubai-405574