PELAKU bisnis lain yang juga terinspirasi dari kampung halaman ialah sepasang suami istri Dzikri Robi dan Rosalia Rachma, founder dari Lakoca, merek cuanki instan pertama di Indonesia.
Cuanki ialah makanan khas Bandung yang terdiri atas bakso dan tahu yang diseduh dengan kuah kaldu. Ide bisnis berasal dari Oca, panggilan akrab Rosalia yang hobi ngemil jajanan Bandung, terutama cuanki. Oca terinspirasi membuat cuanki instan yang sudah dikeringkan sehingga mudah dibawa ke mana-mana dan bisa dimakan kapan pun, tanpa harus menjadi pedagang cuanki keliling, atau yang biasa mangkal di pinggir jalan.
Nama Lakoca berasal dari gabungan kata luck dan Oca, yang berarti keberuntungan Oca. Sejak dirintis pada 2014, di Kota Cimahi, Lakoca sudah mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya penghargaan sebagai Wirausaha Muda Jawa Barat dari Kementerian Perdagangan pada 2014, dan memenangkan Pangan Award untuk Kategori Inovasi Pangan Baru dari Kementerian Perdagangan pada 2015.
Sebagai produk makanan instan, bakso dan tahu cuanki dibuat kering dengan proses pengeringan khusus yang membutuhkan waktu 1 jam. Setiap harinya, Dzikri dan Oca bisa menghabiskan 10 kg bakso dan tahu. Selain cuanki, Lakoca juga memproduksi makanan instan lain, yaitu lakolak (kolak instan) dan latagor (batagor instan). Proses pengeringan kolak menggunakan teknik freeze drying. Proses ini hanya memisahkan air tanpa menyerap rasa pisang.
Produk Lakoca, latagor dan lakolak telah dijual di beberapa supermarket di Kota Bandung dan juga melalui online. Lakoca juga menerapkan sistem konsinyasi di toko oleh-oleh khas Bandung.
Harga yang diberikan kepada toko antara Rp11.500-Rp12.500. Toko biasanya menjual dengan harga Rp15.000-Rp17.000.
Saat ini Lakoca telah memiliki reseller sebanyak 100 orang-150 orang. Minimum pembelian oleh reseller ialah 300 cup, dengan harga per cup Rp10.500. Atau jika membeli 1 dus berisi 30 cup, harga per cup Rp14.500. Dalam sebulan, Lakoca bisa menghasilkan omset Rp150 juta-Rp250 juta.
Hal lain yang menarik dari Lakoca ialah karyawannya. Hal itu disebabkan 70% dari total karyawan ialah penyandang tunarungu dan tunawicara. Oca memiliki kepedulian khusus terhadap para penyandang tunarungu dan tunawicara, terinspirasi dari sang adik yang juga memiliki kondisi serupa. Oca dan Dzikri ingin memberikan lapangan pekerjaan bagi para penyandang tunarungu dan tunawicara yang sering kali kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Ke depan, Lakoca ingin mengembangkan jajanan kuliner daerah lain secara instan, dan berencana menjajaki ekspor ke Qatar, Afrika Selatan, Amerika Serikat, dan Korea.
Source : https://mediaindonesia.com/read/detail/178912-lakoca-berdayakan-tunarungu-dan-tunawicara.html